Selasa, 07 Mei 2013

God's Word : "Tetapi" yang Menguatkan

Dorm Room
1015 hours
Habakkuk
Chp 3

"...namun aku akan bersorak - sorak di dalam Tuhan, beria - ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku."
- Habakuk 3 : 18


Kata "tetapi" sering digunakan untuk menyambungkan 2 pernyataan yang bertolak belakang. Misalnya "Dia keren sih, tetapi dia gak rajin masuk gereja." atau "Bukan orang sehat yang memerlukan Tabib, tetapi orang sakit." (Markus 2 : 17). Kalau dalam konteks kehidupan kita, kita sering menggunakan kata "tetapi" atau "namun" itu dalam konteks mengkritik dengan didahului dengan pujian seperti contoh kalimat yang pertama. Tetapi, dalam kitabnya, Habakuk ingin menyatakan bahwa kita juga bisa menyatakan suatu ungkapan syukur dengan menggunakan kata "tetapi" itu. Meskipun dia menulis dalam ayat 17 tentang bagaimana pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, dan lain sebagainya, tetapi dia melanjutkannya dalam ayat 18 tentang bagaimana dia bersyukur dan bersukacita kepada Tuhan yang telah menyelamatkan jiwanya.

Refleksi:
Terkadang dalam kehidupan kita sebagai manusia, kita jarang sekali bersyukur. Jangankan kalau ditimpa masalah, dapat berkatpun belum tentu bersyukur. Adanya tidak puas dan ingin lebih. Sudahkah kita bersyukur, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun? Sudahkah kita menyatakan kata "tetapi yang kudus" itu? Mari kita belajar untuk bersyukur dan bersukacita karena Tuhan tetap menjaga kita dalam kondisi apapun sampai saat ini.

Senin, 06 Mei 2013

God's Word : Love Is Blind

Dorm Room
0745 hours
1 Kings
Chp 11 : 1 - 14

"Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah - allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada Tuhan, Allahnya, seperti Daud, ayahnya."
- 1 Raja - raja 11 : 4


Cinta berjuta rasanya. Kita bisa merasakan perasaan yang indah pada saat jatuh cinta, tapi cinta itu juga bisa membutakan kita. Kadang kita rela melakukan apapun demi cinta, bahkan (maaf) tahi kucing pun berasa coklat. Salomo menjadi korban dibutakan oleh cinta. Dia mencintai para gadis asing, yang sebenarnya Tuhan tidak mengijinkan orang Israel manapun untuk bergaul dengan mereka, apalagi sampai menikah dengan mereka karena mereka akan condong hatinya kepada ilah lain (Ay .2). Salomo tetap saja bersikeras untuk menikahi 700 gadis yang akhirnya jadi isterinya, termasuk gadis - gadis dari bani Moab dan bani Amon, yang adalah kaum penentang Allah, dan mereka tidak pernah dihitung sebagai bagian dari jemaat Allah untuk selamanya (bdk. Neh 13 : 1). Bahkan sampai Tuhan menampakkan diri kepada Salomo sebanyak 2 kali, dia tetap tidak mau taat, yang pada akhirnya berakibat buruk kepada Salomo sendiri.

Refleksi:
Mungkin kita dalam menjalin hubungan atau yang masih mencari pasangan hidup, kita sering menjadi pasangan yang tidak seimbang. Begitu banyak kasus dimana orang - orang akhirnya menjual iman mereka demi cinta, bukan hanya kepada orang, tetapi kepada status pekerjaan, uang, dan sebagainya. Apakah kita sebagai orang percaya mau tetap berpegang kepada Allah dalam segala hal meskipun itu susah, ataukah kita ingin mengambil jalan pintas untuk mendapatkan kemakmuran sesaat di bumi ini dengan menjual iman kita yang berakibat fatal sampai selama - lamanya? Belajarlah dari Salomo, dimana kita harus tahu mana yang baik di mata Tuhan dan mana yang tidak berkenan di mata Tuhan, sehingga dalam hidup kita sehari - hari pun, kita bisa memuliakan nama-Nya.

Selamat pagi, semoga terberkati. Amin.