Sabtu, 20 September 2014

I'm Fine

My Dorm Room
1048 hours

"Don't worry about me......... I'm fine."

Aku sedang berjalan - jalan di sekitar tempat tinggalku yang sekarang, kemudian aku bertemu dengan seorang anak yang sangat baik sekali. Dia sering sekali membantu teman - temannya yang kesusahan. Dari apa yang aku dengar, dia adalah orang yang senang untuk mendengarkan cerita orang lain. Dia sangat ingin membantu orang terkait masalah yang ada pada mereka, dan dia selalu menjadi pendengar yang baik bagi setiap orang yang bercerita kepadanya. Dia juga mempunyai sahabat yang sangat dekat padanya. Mereka juga sering membantu dia, dan dia juga sering membantu mereka sebagai pendengar yang baik dan juga memberikan nasehat apabila dia bisa memberikan sesuatu kepada sahabat - sahabatnya. Sejauh yang aku tahu, dia adalah orang yang tertutup, dan meskipun itu sahabatnya, dia tidak menceritakan banyak hal mengenai dirinya. Segala hal yang diceritakannya hanya sebagian, ataupun merupakan suatu "versi paralel" dari cerita sebenarnya. Dia tidak ingin orang lain merasa berat hati karena merasa menyusahkan dia, sehingga sering sekali kata - kata ini keluar dari mulutnya:

"Your happiness is my happiness. Don't worry, I'm fine"

Mereka yang menerima pertolongannya sangat senang karena masalah mereka bisa terselesaikan berkat nasihat - nasihat dari anak ini. Dia membantu mereka dengan mengetahui bahwa dia pada akhirnya akan ditinggalkan juga, bahkan oleh sahabat - sahabatnya, tetapi dia tetap saja membantu mereka mengejar kebahagiaan mereka. Dia mengorbankan egonya sendiri dengan berpikir bahwa kebahagiaan teman - temannya adalah kebahagiaannya juga, sehingga meskipun dia harus menghadapi begitu banyak tantangan, tetapi bila semua itu demi kebahagiaan teman - teman yang dikasihinya, dia akan melakukan semua yang bisa dia lakukan. Semua itu ditahannya, tidak diperlihatkannya air mata dihadapan teman - temannya. Dia tetap teguh berdiri menghadapi setiap hal yang mencoba merenggut kebahagiaan teman - temannya itu.

Aku sangat sedih melihat semua itu. Dia rela mengorbankan "kebahagiaan"nya sendiri demi kebahagiaan orang lain. Dia tidak peduli apakah dia harus menanggung sakit hati yang sangat dalam. Dia tidak peduli apabila gadis yang dia sayangi pada akhirnya harus dia relakan pada sahabatnya karena baginya, gadis itu lebih pantas bila bersama dengan sahabatnya itu. Dia tidak peduli apabila pada akhirnya, setiap sahabatnya akan menjalani hidup bahagia bersama dengan orang - orang yang dikasihi mereka masing - masing, sedangkan anak itu harus hidup sendiri, melihat kebahagiaan sahabat - sahabatnya itu dari jauh. Dia tidak peduli akan dirinya, tetapi dia lebih peduli akan orang lain. Menyedihkan, tapi dia harus melakukan itu, karena bagi dia, kebahagiaan yang dia cari untuk dirinya sendiri tidak akan berarti apa - apa, baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi orang lain.

Akupun berkata kepadanya,"Bukankah ada impian yang ingin kau capai? Bukankah dia yang ingin kau bahagiakan bersamamu? Bukankah kau ingin merasakan bahagia seperti mereka? Kenapa kau melakukan semua ini?". Dia hanya tersenyum padaku dan berkata:

"Mereka itu lebih penting daripada aku. Aku tidak apa - apa."

Dia mengatakan hal itu sambil berlalu, menebarkan kebahagiaan kepada setiap orang yang dia temui dan meminta pertolongannya. Akupun terdiam, tak mampu berkata apa - apa, dan yang bisa kulakukan hanyalah berharap agar dia bisa merasakan kebahagiaan seperti sahabat - sahabatnya.

"Good luck finding your own happiness, kid. Don't let your heart hollow for your whole life."

Sabtu, 06 September 2014

Hello There

My Dorm Room
2105 hours

A little word from me won't hurt, right? :D



Facebook: https://www.facebook.com/afrancis47
Twitter: https://twitter.com/afrancis47
Ask.fm: http://ask.fm/afrancis47
Soundcloud: https://soundcloud.com/afrancis47